Selama ini, oksitosin atau yang biasa dikenal dengan hormon cinta
diketahui muncul sebagai akibat dari perasaan fisik maupun psikologis
yang terjadi pada pasangan. Selain itu, hormon ini juga berfungsi untuk
merangsang kontraksi rahim dan memelihara kelenjar penghasil ASI setelah
melahirkan.
Namun baru-baru ini tim peneliti dari Jepang berhasil menemukan
manfaat baru dari oksitosin yaitu menghasilkan efek sindrom
anti-metabolisme dan anti-obesitas baru. Hal ini mengindikasikan bahwa
oksitosin bisa membantu mengatur asupan makanan dan metabolisme energi
tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan.
Penelitian sebelumnya
yang juga dipimpin oleh Yuko Maejima mengaitkan antara hormon yang
dihasilkan oleh otak itu dengan proses pengendalian asupan energi dan
penggunaannya.
"Temuan ini mengungkapkan adanya efek sindrom
anti-metabolisme dan anti-obesitas baru yang dihasilkan oleh oksitosin,"
ungkap Maejima dari Jichi Medical University di Shimotsuka, Jepang
seperti dilansir dari aphroditewomenshealth, Selasa (3/7/2012).
"Oleh karena itu, hasil penelitian kami memberi kesempatan untuk
mengembangkan pengobatan obesitas berbasis oksitosin yang aman dan
efektif."
Dengan menggunakan model hewan yang mengalami obesitas,
Maejima menemukan bahwa suntikan oksitosin harian telah berhasil
mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi hewan-hewan tersebut, termasuk
menurunkan berat badannya selama dan setelah pengobatan.
Hasil yang
sama juga didapatkan dari oksitosin yang ditanamkan pada pompa mini.
Metode pengobatan semacam ini juga mengurangi lemak pada hati,
meningkatkan toleransi terhadap glukosa dan menurunkan lemak perut yang
menjadi faktor risiko utama dari penyakit kardiovaskular.
Selain
itu, pompa mini juga menurunkan ukuran sel-sel yang bisa menyimpan lemak
(adiposa) namun tidak mempengaruhi tekanan darah atau tingkat aktivitas
penderita obesitas. (detikhealth)
Selama ini, oksitosin atau yang biasa dikenal dengan hormon cinta
diketahui muncul sebagai akibat dari perasaan fisik maupun psikologis
yang terjadi pada pasangan. Selain itu, hormon ini juga berfungsi untuk
merangsang kontraksi rahim dan memelihara kelenjar penghasil ASI setelah
melahirkan.
Namun baru-baru ini tim peneliti dari Jepang berhasil menemukan manfaat baru dari oksitosin yaitu menghasilkan efek sindrom anti-metabolisme dan anti-obesitas baru. Hal ini mengindikasikan bahwa oksitosin bisa membantu mengatur asupan makanan dan metabolisme energi tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan.
Penelitian sebelumnya yang juga dipimpin oleh Yuko Maejima mengaitkan antara hormon yang dihasilkan oleh otak itu dengan proses pengendalian asupan energi dan penggunaannya.
"Temuan ini mengungkapkan adanya efek sindrom anti-metabolisme dan anti-obesitas baru yang dihasilkan oleh oksitosin," ungkap Maejima dari Jichi Medical University di Shimotsuka, Jepang seperti dilansir dari aphroditewomenshealth, Selasa (3/7/2012).
"Oleh karena itu, hasil penelitian kami memberi kesempatan untuk mengembangkan pengobatan obesitas berbasis oksitosin yang aman dan efektif."
Dengan menggunakan model hewan yang mengalami obesitas, Maejima menemukan bahwa suntikan oksitosin harian telah berhasil mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi hewan-hewan tersebut, termasuk menurunkan berat badannya selama dan setelah pengobatan.
Hasil yang sama juga didapatkan dari oksitosin yang ditanamkan pada pompa mini. Metode pengobatan semacam ini juga mengurangi lemak pada hati, meningkatkan toleransi terhadap glukosa dan menurunkan lemak perut yang menjadi faktor risiko utama dari penyakit kardiovaskular.
Selain itu, pompa mini juga menurunkan ukuran sel-sel yang bisa menyimpan lemak (adiposa) namun tidak mempengaruhi tekanan darah atau tingkat aktivitas penderita obesitas. (detikhealth)
Namun baru-baru ini tim peneliti dari Jepang berhasil menemukan manfaat baru dari oksitosin yaitu menghasilkan efek sindrom anti-metabolisme dan anti-obesitas baru. Hal ini mengindikasikan bahwa oksitosin bisa membantu mengatur asupan makanan dan metabolisme energi tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan.
Penelitian sebelumnya yang juga dipimpin oleh Yuko Maejima mengaitkan antara hormon yang dihasilkan oleh otak itu dengan proses pengendalian asupan energi dan penggunaannya.
"Temuan ini mengungkapkan adanya efek sindrom anti-metabolisme dan anti-obesitas baru yang dihasilkan oleh oksitosin," ungkap Maejima dari Jichi Medical University di Shimotsuka, Jepang seperti dilansir dari aphroditewomenshealth, Selasa (3/7/2012).
"Oleh karena itu, hasil penelitian kami memberi kesempatan untuk mengembangkan pengobatan obesitas berbasis oksitosin yang aman dan efektif."
Dengan menggunakan model hewan yang mengalami obesitas, Maejima menemukan bahwa suntikan oksitosin harian telah berhasil mengurangi jumlah makanan yang dikonsumsi hewan-hewan tersebut, termasuk menurunkan berat badannya selama dan setelah pengobatan.
Hasil yang sama juga didapatkan dari oksitosin yang ditanamkan pada pompa mini. Metode pengobatan semacam ini juga mengurangi lemak pada hati, meningkatkan toleransi terhadap glukosa dan menurunkan lemak perut yang menjadi faktor risiko utama dari penyakit kardiovaskular.
Selain itu, pompa mini juga menurunkan ukuran sel-sel yang bisa menyimpan lemak (adiposa) namun tidak mempengaruhi tekanan darah atau tingkat aktivitas penderita obesitas. (detikhealth)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar